Hubungan Indonesia dengan Singapura sempat memanas setelah disahkannya UU Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak. Niat pemerintah Jokowi-JK menarik dana orang Indonesia di luar negeri dikabarkan dijegal oleh Singapura dengan kebijakan anyarnya.
Salah satu kebijakan Singapura untuk menggagalkan tax amnesty Indonesia adalah dengan menawarkan kewarganegaraan kepada anggota keluarga Indonesia yang menyimpan uang di Singapura.
Dengan menjadi warga Singapura, ketika era keterbukaan informasi AEoI diberlakukan, pemerintahan Jokowi tidak bisa menjatuhkan sanksi denda pajak hingga 48 persen sekalipun. Akibatnya, Indonesia akan terus menjadi negara miskin dan tidak mampu mengalahkan Singapura seperti yang diinginkan antek-antek di dalam negeri.
Salah satu kebijakan Singapura untuk menggagalkan tax amnesty Indonesia adalah dengan menawarkan kewarganegaraan kepada anggota keluarga Indonesia yang menyimpan uang di Singapura.
Dengan menjadi warga Singapura, ketika era keterbukaan informasi AEoI diberlakukan, pemerintahan Jokowi tidak bisa menjatuhkan sanksi denda pajak hingga 48 persen sekalipun. Akibatnya, Indonesia akan terus menjadi negara miskin dan tidak mampu mengalahkan Singapura seperti yang diinginkan antek-antek di dalam negeri.
Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura, K Shanmugam menanggapi sindiran Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang mengatakan bahwa Indonesia tidak takut pada Singapura yang hanya negara kecil. Polemik ini muncul akibat kebijakan pengampunan pajak atau Tax Amnesty yang baru saja diberlakukan di Indonesia.
Sindiran dan galaknya Jokowi pada Singapura tak habis di situ saja. Berikut faktanya:
Menurut Jokowi, Indonesia sebenarnya punya banyak uang. Namun, tak sedikit pula pengusaha atau konglomerat yang justru memilih untuk menyimpan uangnya di luar negeri.
"Bukan uang siapa-siapa, itu uang kita. Ada yang ditaruh di bawah bantal. Saya tahu, ada yang ditaruh di bank Swiss, ada yang ditaruh di Hongkong, ada yang ditaruh di BPI, ada yang ditaruh di Singapura. Datanya ada di kantong saya," kata Presiden Jokowi dalam sosialisasi Tax Amnesty di Sumatera Utara seperti ditulis situs Setkab di Jakarta, Jumat (22/7).
Jokowi mengingatkan kepada pengusaha dan orang Indonesia bahwa mereka hidup dan makan di Indonesia, serta bertempat tinggal di Indonesia. Para pengusaha juga diberi kemudahan oleh pemerintah mencari rezeki di Indonesia. Karena itu, Presiden menilai, kalau ada uang ditempatkan di luar negeri tidak pantas sebetulnya.
"Enggak apa apa sebetulnya dalam bisnis biasa tetapi dalam saat ini negara membutuhkan partisipasi dari saudara semuanya, sehingga kita carikan payung hukumnya," katanya.
Karena itu, Presiden mengajak para pengusaha memanfaatkan payung hukum yang sangat kuat yaitu UU Pengampunan Pajak dengan sebaik baiknya.
Pemerintah Jokowi-JK telah menjalankan aturan tax amnesty atau pengampunan pajak untuk masyarakat. Namun, hingga 9 Agustus 2016, deklarasi harta masyarakat yang memanfaatkan tax amnesty baru mencapai Rp 9,27 triliun
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, masih kecilnya angka ini karena karena masyarakat yang kaya masih banyak menunggu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang kedua.
Jokowi mengakui, semua masyarakat yang ingin deklarasi harta pakai kalkulasi, pakai hitung-hitungan buku, tidak langsung ada tax amnesty-nya datang. "Mereka kan masih membuat buku dulu, menyiapkan kalkulasinya dulu, menyiapkan perhitungan-perhitungan dulu, dilihat, diteliti benar, baru maju ke Pajak, ke kantor Pajak. Memang prosesnya seperti itu."
Jokowi optimis, deklarasi harta masyarakat akan datang banyak pada akhir Agustus atau awal September, karena hitung-hitungannya sudah selesai.
Menurut Presiden, keluhan yang ada di luar sekarang adalah kekurangan konsultan pajak. Banyak orang membutuhkan konsultan pajak, sehingga konsultan pajak kurang, karena harus menyiapkan buku-buku serta waktunya mepet.
Sindiran dan galaknya Jokowi pada Singapura tak habis di situ saja. Berikut faktanya:
1. Jokowi lobi pengusaha pulangkan dana ke Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut semua negara di dunia saat ini bersaing untuk mendatangkan uang masuk. Salah satunya Indonesia yang baru saja mengesahkan UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty dengan harapan orang Indonesia bisa mengembalikan uangnya ke dalam negeri
Menurut Jokowi, Indonesia sebenarnya punya banyak uang. Namun, tak sedikit pula pengusaha atau konglomerat yang justru memilih untuk menyimpan uangnya di luar negeri.
"Bukan uang siapa-siapa, itu uang kita. Ada yang ditaruh di bawah bantal. Saya tahu, ada yang ditaruh di bank Swiss, ada yang ditaruh di Hongkong, ada yang ditaruh di BPI, ada yang ditaruh di Singapura. Datanya ada di kantong saya," kata Presiden Jokowi dalam sosialisasi Tax Amnesty di Sumatera Utara seperti ditulis situs Setkab di Jakarta, Jumat (22/7).
Jokowi mengingatkan kepada pengusaha dan orang Indonesia bahwa mereka hidup dan makan di Indonesia, serta bertempat tinggal di Indonesia. Para pengusaha juga diberi kemudahan oleh pemerintah mencari rezeki di Indonesia. Karena itu, Presiden menilai, kalau ada uang ditempatkan di luar negeri tidak pantas sebetulnya.
"Enggak apa apa sebetulnya dalam bisnis biasa tetapi dalam saat ini negara membutuhkan partisipasi dari saudara semuanya, sehingga kita carikan payung hukumnya," katanya.
Karena itu, Presiden mengajak para pengusaha memanfaatkan payung hukum yang sangat kuat yaitu UU Pengampunan Pajak dengan sebaik baiknya.
2. Jokowi sebut Indonesia baru pemanasan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, masih kecilnya angka ini karena karena masyarakat yang kaya masih banyak menunggu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang kedua.
Jokowi mengakui, semua masyarakat yang ingin deklarasi harta pakai kalkulasi, pakai hitung-hitungan buku, tidak langsung ada tax amnesty-nya datang. "Mereka kan masih membuat buku dulu, menyiapkan kalkulasinya dulu, menyiapkan perhitungan-perhitungan dulu, dilihat, diteliti benar, baru maju ke Pajak, ke kantor Pajak. Memang prosesnya seperti itu."
Jokowi optimis, deklarasi harta masyarakat akan datang banyak pada akhir Agustus atau awal September, karena hitung-hitungannya sudah selesai.
Menurut Presiden, keluhan yang ada di luar sekarang adalah kekurangan konsultan pajak. Banyak orang membutuhkan konsultan pajak, sehingga konsultan pajak kurang, karena harus menyiapkan buku-buku serta waktunya mepet.
3. Jokowi pangkas tarif pajak
"Pikiran sederhana saya mengatakan seperti ini. Kalau di Singapura PPh Badan kena 17 persen, kenapa kita harus 25 persen. Kita ini mau bersaing. Gimana kita mau bersaing, sana (Singapura) kena 17 persen, sini kena 25 persen. Ya lari ke sana semua," ucap Presiden Jokowi dikutip dari laman Setkab.go.id saat menjawab harapan penurunan tarif pajak dari salah satu peserta sosialisasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Rama Shinta Ballroom, Patra Jasa Semarang Convention Hotel, Selasa (9/8) malam.
Saat ini, lanjut Presiden, pemerintah masih menghitung dan mengkalkulasi, apakah penurunan akan dilakukan secara langsung misalnya dari 25 persen ke 17 persen, atau dilakukan secara bertahap misalnya dari 25 persen, ke 20 persen, baru kemudian 17 persen. "Kalau negara lain bisa, kita harus bisa," tegasnya.
Harapan penurunan tarif pajak sendiri disampaikan salah satu peserta karena ada kecenderungan orang akan menghindar ketika tarifnya mahal.
"Daripada nanti dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, mendingan diturunkan juga agar semua jadi mudah, murah dan transparan. Selain itu dunia usaha juga semakin bergairah," jelas salah satu peserta yang menanyakan apakah ada rencana Pemerintah untuk menurunkan tarif pajak.
Presiden menjelaskan, dalam era kompetisi yang sangat ketat, Indonesia dituntut untuk cepat melakukan perubahan dan penyesuaian. Jika tidak mampu mengikuti, akan ditinggal bangsa lain
4. Jokowi buat satu pulau surga pajak
Kita juga punya pulau banyak, buat satu pulau untuk tax heaven, kenapa tidak, misalnya. Ini juga sedang dalam proses semua," ungkap Presiden dikutip dari laman Setkab.go.id di Rama Shinta Ballroom, Patra Jasa Semarang Convention Hotel, Selasa (9/8) malam.
Bambang Brodjonegoro, saat masih menjabat menteri keuangan, menyatakan di wilayah yang nantinya ditetapkan sebagai suaka pajak, pemerintah bakal memberikan insentif menarik. Seperti tarif pajak rendah.
"Nanti kami lihat apakah pajak bisa sampai nol persen."
Sejumlah wilayah sudah menawarkan diri untuk dijadikan wilayah offshore financial center (OFC) untuk menjalankan tax haven. Namun demikian, pemilihan tersebut tidak bisa sembarang diputuskan, ada beberapa kriteria agar sebuah wilayah atau area layak dijadikan sebagai OFC.
"Sudah ada yang menawarkan diri. Tapi kita punya kriteria sendiri seperti infrastruktur di kota tersebut harus baik, akses transportasinya bagus, kemudian bisa dijangkau dengan apa saja. Kira-kira begitu. Ini juga pembahasannya masih menunggu sampai tax amnesty rampung," kata Bambang
5. Jokowi tak takut upaya negara lain jegal tax amnesty
Melihat hal tersebut, Presiden Jokowi mengimbau kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta Tax Amnesty. Sehingga, wajib pajak bisa mudah mengerti mengenai Tax Amnesty dan tertarik untuk merepatriasi uangnya ke Indonesia.
"Tiga hari lalu saya kumpulkan kepala kantor wilayah Ditjen Pajak untuk memilih (petugas) yang bisa menerangkan (Tax Amnesty) dengan baik, bisa tersenyum, bisa merangkul orang. Sehingga semua akan sadar bahwa membayar pajak itu untuk negara," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran,Jakarta, Senin (1/8).
Presiden Jokowi pun optimistis program ini bisa berhasil. Meski banyak negara yang ikut mengeluarkan kebijakan untuk mempertahankan uang warga negara Indonesia (WNI) yang disimpan di negara mereka.
"Di sana (negara lain) ada strategi, di sini juga ada strategi. Asal petugas pajak, Ditjen Pajak bisa antisipasi, Kemenkeu bisa siapkan PMK yang baik sesuai dengan kehendak lapangan, saya kira tidak akan ada masalah," jelasnya
.
0 komentar:
Post a Comment